Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita

Suara Dari Lapangan : Kepala Sekolah Minta Wartawan dan LSM Tidak Jadikan Data BOS Sebagai Alat Tekanan

35
×

Suara Dari Lapangan : Kepala Sekolah Minta Wartawan dan LSM Tidak Jadikan Data BOS Sebagai Alat Tekanan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Riau,Harimaupagi.com – Gelombang keresahan para kepala sekolah yang sebelumnya disuarakan oleh Lembaga Cakra Indonesia (LCI) Riau, kini mendapat penguat dari suara langsung di lapangan. Dalam rekaman perbincangan yang diterima redaksi, seorang kepala sekolah dengan nada tenang namun tegas menyampaikan harapan agar rekan-rekan wartawan dan LSM lebih mengedepankan semangat positif dalam menjalankan fungsinya.

Advertisement
Example 300x600
Scroll ke bawah untuk lihat konten

“Kami para kepala sekolah berharap kepada teman-teman media, LSM, wartawan dan lain sebagainya, silakan publikasikan berita yang positif. Tapi jangan jadikan itu sebagai menakut-nakuti kepada kepala sekolah,” ujarnya dalam rekaman berdurasi satu menit lima puluh detik yang diperoleh LCI-Riau, Rabu (5/11/2025).

Kepala sekolah tersebut menegaskan, pihaknya tidak menolak transparansi. Namun transparansi, menurutnya bukan berarti harus membuka semua hal hingga melampaui batas kewajaran dan kewenangan. “Kita boleh transparan, semuanya transparan. Tapi bukan berarti telanjang,” tuturnya.

Ia menambahkan, setiap mekanisme pengawasan sudah memiliki jalur resmi, baik melalui inspektorat maupun lembaga keuangan pemerintah. Karena itu, ia berharap pihak luar dapat memahami batas etika dalam proses klarifikasi dan pemberitaan.

“Kalau ingin masuk ke dalam, apa fungsi dari para inspektorat, apa fungsi dari para pemerintah keuangan.? Jadi kalau saran saya, Pak Manalu, sampaikanlah kepada teman-teman yang lain agar wartawan dan LSM sama-sama kita membangun pendidikan ini,” ucapnya.

Lebih lanjut, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga nama baik profesi wartawan dan aktivis sosial. “Jangan sampai ada penilaian negatif kepada rekan-rekan wartawan. Profesi itu silakan dijalankan sesuai profesionalisme. Tapi kalau hanya bermodalkan pena dan bet datang ke sekolah lalu menakuti kepala sekolah, itu sangat disayangkan dan merendahkan profesi rekan-rekan wartawan,” ujarnya menutup pernyataannya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Lembaga Cakra Indonesia (LCI) Riau, Sunggul Manalu, menyatakan apresiasinya terhadap keberanian para kepala sekolah yang menyampaikan suara hati mereka secara jujur dan terbuka. Menurutnya, testimoni semacam itu menjadi pengingat penting bahwa fungsi kontrol publik harus dijalankan dengan hati nurani, bukan dengan tekanan.

“Kami mendengar langsung bagaimana mereka berjuang di tengah berbagai tuntutan. Dunia pendidikan tidak seharusnya menjadi ladang ketakutan. Kritik boleh, tapi harus disampaikan dengan cara yang beradab,” tegas Manalu.

Ia menambahkan, LCI-Riau akan terus membuka ruang dialog antara pihak sekolah, wartawan, dan LSM agar kesalah pahaman semacam ini tidak terus berulang. “Kami tidak ingin ada jurang antara kontrol sosial dan dunia pendidikan. Yang kita butuhkan adalah sinergi — karena semua punya niat yang sama, yaitu membangun negeri,” ujar Manalu menutup pernyataannya.

Sementara itu, Sekretaris Umum LCI-Riau, Tri Wahyudi, yang turut mendengarkan rekaman tersebut – menilai bahwa rekaman suara kepala sekolah tersebut mencerminkan keresahan nyata yang tak bisa diabaikan. “Kami di LCI mendengar suara itu sebagai panggilan moral. Ini bukan sekadar keluhan, tapi refleksi dari kondisi sosial yang perlu kita benahi bersama,” ungkapnya.

Menurut Tri, LCI-Riau akan mengawal isu ini secara berkelanjutan, termasuk menyiapkan forum etik bersama insan pers dan lembaga pendidikan. “Kontrol sosial sejati lahir dari kesadaran, bukan tekanan. Dunia pendidikan perlu dijaga, bukan diguncang,” tutupnya. (Team Garda SC)

Sumber : LCI-RIAU

Example 300250
Editor: Arm
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *