Riau,Harimaupagi.com – Gelombang keresahan tengah dirasakan sejumlah kepala sekolah di beberapa sekolah baik SD, SMP maupun SMA di Kabupaten Kampar. Mereka datang menemui atau menghubungi via telepon Ketua Umum Lembaga Cakra Indonesia (LCI) RIAU, Sunggul Manalu, menyampaikan uneg-uneg yang selama ini tertahan di dada. Rasa takut dan tekanan moral mulai tumbuh, bukan karena pengawasan dari instansi resmi, melainkan karena maraknya oknum yang mengaku wartawan dan aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang datang membawa “data publik” dana BOS sebagai alat tekan.
Beberapa kepala sekolah bahkan mengaku didatangi berulang kali, dipertanyakan berbagai hal yang sebenarnya sudah dilaporkan secara resmi kepada instansi pemerintah. Mereka diminta menjelaskan realisasi dana BOS secara mendetail, disertai nada curiga dan ancaman halus bahwa “akan diberitakan” bila tidak memberi keterangan sesuai kehendak pihak yang datang.

Di tengah situasi seperti itu, LCI-RIAU hadir menjadi tempat bernaung, tempat berbagi keresahan, sekaligus ruang untuk mengembalikan nalar publik agar tetap jernih. “Transparansi itu wajib, tapi tidak boleh berubah menjadi teror moral,” ujar Sunggul Manalu yang didamping Tri wahyudi, Sekretaris Umum LCI-RIAU saat menerima kunjungan kepala sekolah di kantor sekretariat LCI-RIAU.
Menurutnya, semangat keterbukaan anggaran yang digalakkan pemerintah bukanlah alat untuk menakut-nakuti, melainkan untuk membangun kepercayaan dan partisipasi publik yang sehat. Karena itu, setiap pihak yang ingin melakukan pengawasan seharusnya menjunjung tinggi adab dan tata etika profesi — bukan menyalakan stigma atau menebar rasa takut.
LCI-RIAU juga menegaskan, kepala sekolah dan tenaga pendidik adalah pelaksana kebijakan yang bekerja di bawah tekanan besar. Mereka memikul tanggung jawab ganda: memastikan pendidikan berjalan, sekaligus mempertanggungjawabkan setiap rupiah anggaran yang digunakan. Maka ketika muncul oknum yang memanfaatkan celah transparansi untuk kepentingan pribadi, hal itu sama saja melukai semangat kebersamaan yang sedang dibangun negara.

“LCI-RIAU tidak menutup mata terhadap pentingnya kontrol sosial. Tapi kami juga tidak akan diam bila kontrol itu berubah bentuk menjadi intimidasi,” ujar Manalu tegas.
Ia menambahkan, sudah seharusnya masyarakat membedakan antara pengawasan yang berdasar niat baik dan tekanan yang berbalut kepentingan tersembunyi. Karena dari cara kita mengawal kebenaran, di situlah ukuran moral sebuah profesi dapat diukur.
Melalui pernyataan ini, LCI-RIAU mengajak semua pihak — terutama para insan pers dan aktivis sosial — untuk kembali ke semangat awal perjuangan: menegakkan kebenaran dengan cara yang beretika. Dunia pendidikan, kata Manalu bukan ladang untuk menebar ketakutan, tetapi taman bagi lahirnya generasi bangsa yang merdeka dalam berpikir dan berkarya. (Team Garda SC)
Editor : Armila Harahap


















